ilmu-ushuluddin - Terdapat pertanyaan penting seputar masuknya Islam di Nusantara, yaitu:
Kapan Islam masuk ke Nusantara Indonesia?
Apakah dibawa oleh wirausahawan atau guru-guru
tasawuf?
Darimanakah asal guru-guru tasawuf tersebut?
Daerah manakah di Nusantara yang pertama kali
menerima ajaran Islam?
Apakah dari ketiga wirausahawan dari Arab,
India, dan Cina?
Tulisan ini akan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah
disebutkan di atas. Sebelumnya perlu kita bedakan apa itu asal-usul Islam dan
apa itu perkembangan Islam.
Masuknya agama Islam atau kita sebut dengan
asal usul Islam adalah ketika Islam baru dikenal oleh bangsa Nusantara
Indonesia yang dikenalkan oleh para niagawan Muslim saat melakukan transaksi di
pasar. Sedangkan perkembangan Islam adalah ketika umat Islam telah membangun
kekuasaan politik Islam atau kesultanan.
Masuknya Islam ke Nusantara
Terdapat beberapa pendapat mengenai sejarah masuknya Islam ke Nusantara
Indonesia. Pendapat-pendapat tersebut diungkap oleh beberapa tokoh dengan
teori-teori mereka yang terkenal. Di antara teori-teori tersebut akan
disebutkan dalam tulisan ini, yaitu:
a.
Teori Gujarat – Prof. Dr, C. Snouck Hurgronje
Seorang sarjana berkebangsaan Belanda, dan
Indonesia banyak mengambil penulisan sejarah dari Belanda terutama dari tokoh
Snouck Hurgronje. Dia berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara Indonesia dari
Gujarat. Selain itu, dia juga berpendapat bahwa Islam tidak akan masuk ke
Nusantara tanpa perantara Gujarat, India. Dengan kata lain, dia berkeyakinan bahwa
Islam tidak datang langsung dari bangsa Arab.
Daerah
pertama yang dimasuki adalah Kesultanan Samudra Pasai. Waktunya pada abad
ke-13. Snouck tidak menjelaskan antara masuknya Islam ke Nusantara dengan
berkembangnya Islam di Nusantara. Lebih lanjut, dia juga tidak menjelaskan
Gujarat di India bermazhab apa dan Kesultanan Samudra Pasai bermazhab apa.
Mungkin ketika Islam masuk ke Nusantara, Islam langsung membangun kekuatan
politik?
b.
Teori Makkah - Prof. Dr. Buya Hamka
Prof. Dr. Buya Hamka dalam seminarnya
tentangnya Masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963, dia lebih
menggunakan fakta yang diangkat dari berita Cina Dinasti Tang. Adapun
masuknya Islam ke Nusantara terjadi pada abad ke 7 M. Dalam berita Cina Dinasti
Tang tersebut dituturkan bahwa ditemukan daerah hunian wirausahawan Arab
yanng bermukim di pantai barat Indonesia. Maka disimpulkan Islam masuk ke
Nusantara Indonesia langsung dari bangsa Arab.
Islam
masuk ke Nusantara Indonesia pada abad ke 7 M. Sedangkan Kesultanan Samudra
Pasai didirikan pada tahun 1275 M atau abad ke 13 M. jadi Kesultanan Samudra
Pasai adalah perkembangan Islam. Hamka menolak pendapat yang mengatakan Islam
baru masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
c.
Teori Persia - Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat
Prof. Dr. Abubakar Atjeh mengikuti pandangan
Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat yang menyatakan jika Islam masuk dari Persia
dan bermazhab Syiah. Pendapat ini didasarkan pada teori sistem baca atau sistem
mengeja huruf al-Qur’an, terutama di Jawa Barat, yaitu:
Arab mengeja
dengan Fat-hah - Persia
menyebut Jabar
Kasrah - Je-er
Dhammah
- Py-es
Teori ini dinilai lemah karena tidak semua
pengguna sistem baca tersebut di Persia menganut mazhab Syiah.
d.
Teori Cina – Prof. Dr. Slamet Muljana
Prof. Dr. Slamet Muljana dalam “Runtuhnya Hindu
Djawa dan Timbulnja Negara-Negara Islam di Nusantara,” tidak hanya berpendapat
bahwa Sultan Demak adalah peranakan Cina, namun juga menyimpulkan bahwa para
wali sanga juga termasuk peranakan Cina. Pendapat ini bertolak dari Klenteng Sam
Po Kong.
Misalnya
Sultan Demak Panembahan Fatah dalam Kronik Klenteng Sam Po Kong bernama Cina
Panembahan Jin Bun. Arya Damar pengasuh Panembahan Jin Bun di Palembang bernama
Cina Tung Kang Lo. Sedangkan Wali Sanga antara lain Sunan Ampel dengan nama
Cina Bong Swi Hoo. Sunan Gunung Jati dengan nama Toh A Bo.
e.
Teori Maritim – N. A Baloch
Menurut N.A Baloch sejarawan Pakistan, Masuk
dan Perkembangan Agama Islam di Nusantara Indonesia akibat umat Islam
memiliki navigator atau mualim dan wirausahawan Muslim yang dinamik dalam
penguasaan maritim dan pasar. Melalui aktifitas ini lah Islam mulai dikenalkan
di sepanjang jalan laut niaga di pantai-pantai tempat persinggahan pada abag ke
1 H atau abat ke 7 M. Adapun proses yang dilalui dalam berdakwah pengenalan
Islam berlangsung selama 5 abad.
N.
A Baloch menjelaskan mulai abad ke 6 H/ 13 M terjadi pengembangan Islam hingga
ke pedalaman yang dilakukan oleh wirausahawan pribumi. Dimulai dari Aceh pada
abad ke 9 M, kemudian diikuti wilayah-wilayah lainnya di Nusantara. Kekuasaan
politik Islam atau kesultanan Islam mulai tumbuh.
The Islamic Agent
Islam masuk ke wilayah Nusantara Indonesia yakni melalui jalur niaga
laut. Walaupun Rasulullah wafat pada tahun 11 H/ 632 M, hubungan niaga antara
Timur Tengah, India, Cina, serta Nusantara tetap berlangsung pada masa Khulafā
Rasyidīn 11 – 41 H/ 632 – 661 M. Seperti yang disejarahkan bahwa pada masa
Khalifah ‘Utsmān 24-36 H/ 644-656 M mengirim utusan ke Cina.
Selanjutnya dijelaskan
menurut sejarah Cina bahwa khalifah Islam telah mengirimkan sebanyak 32 utusan
ke Cina. Jika masa kepemimpinan Khulafā Rasyidīn berlangsung selama 29 tahun,
11-41 H/ 632-661 M, maka rasanya tidak mungkin jika 32 utusan tersebut hanya
berlangsung pada masa khalifah ketiga saja. Ke 32 utusan tersebut sudah barang
tentu singgah ke Indonesia, sebab satu-satunya jalan yang mudah untuk menuju
Cina adalah melalui kepulauan Nusantara Indonesia.
Settlement Arabian
J.C Van Leur dalam Indonesian Trade and Society dengan
berdasarkan sumber dari berita Cina Dinasti Tang, 618-907 M, menyatakan bahwa
pada 674 M di pantai barat Sumatra telah terdapat settlement (hunian
bangsa Arab Islam) yang menetap di sana. Thomas W. Arnold dalam The
Preaching of Islam juga menuliskan sumber yang sama dari Dinasti Tang bahwa
di pantai barat Sumatra terdapat huniang bangsa Arab.
Berdasarkan keterangan
Drs. Ibrahim Buchari berdasarkan tahun yang terdapat pada nisan seorang ulama
Syaikh Mukaiddin di Baros Tapanuli, yang bertuliskan 48 H atau 670 M, maka
dapat dipastikan Islam masuk ke Nusantara Indonesia pada abad ke 1 H atau abad
ke 7 M. Pantai Barat Sumatra tersebut kemungkinan besar adalah Baros, Tapanuli,
Medan, Sumut.
Menurut berita Cina
lagi, disebutkan bahwa terdapat utusan dagang dari Ta Che ke Kalingga pada 674
M. Adapun Ta Che menurut Buya Hamka adalah Umayyah dengan pusat pemerintahan di
Damaskus. Letak geografis di mana Kalingga tersebut tidak disebutkan secara
pasti, hanya diketahui ada di pulau Jawa.
0 Comments