‘Ilm Ghārīb
al-Hadīts ini menjelaskan kata-kata hadis nabi yang kurang jelas maknanya.
Ulama memberikan perhatian besar terhadap ilmu ini, karena banyak memberikan
manfaat berupa pengenalan lebih jauh dan pemahaman kata-kata yang sulit. Dalam
contoh yang disebutkan dalam tulisan ini, penulis tidak mengetahui maksud dari
hadis tersebut.
Kata Kunci: ‘Ilm Ghārīb
al-Hadīts, ‘Ilm Matan al-Hadīts
Pengertian:
‘Ilm Ghārīb
al-Hadīts adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadz-lafadz
dalam matan hadits yang sulit dan sukar dipahami karena jarang sekali
digunakannya. Ilmu ini membahas dan menjelaskan tentang hadis Rasulullah SAW.yang
sukar diketahui dan dipahami orang banyak karena telah berbaur dengan
bahasalisan atau bahasa arab pasar
Sejarah dan Urgensi ‘Ilm
Ghārīb al-Hadīts:
Pada awalnya hadis Rasulullah SAW
tidak merupakan sesuatu ghārīb bagi bangsa Arab. Karena
Rasulullah SAW adalah orang yang fasih berbicara, tegas, tuntas mengemukakan
pikiran, jelas argumennya, paling efektif redaksinya dan mengenal situasi
pembicaraan.
Namun ketika Rasulullah SAW wafat,
banyak orang-orang memeluk agama Islam dan mempelajari bahasa Arab. Di sini
sangat wajar bila mereka banyak menemui kata-kata yang ghārīb dalam
hadis Raslullah SAW (termasuk penulis). Selanjutnya, muncul pula
generasi-generasi baru yang membutuhkan pengetahuan tentang kata-kata ghārīb
dalam hadis Rasulullah SAW ini.
Kemudian ulama berusaha menjelaskan.
Imam Abdurrahman bin Mahdiy mengatakan: “Seandainya aku menghadapi persoalan
seperti yang telah aku lewatkan, maka sungguh aku menuliskan setiap tafsir atau
menjelaskan.”
Ulama yang berperan dan
Kitab-kitab Ghārīb al-Hadīts:
·
Abu Hasan an-Nadhir ubn Syamil al-Mazaniy (wafat 203
H). Dia adalah salah seorang guru dari Ishaq bin Rahuya dan guru dari imam
al-Bukhārī.
·
Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (157-224 H) yang menulis
buku Ghārīb al-Hadīts.
·
Abu al-Qasim Jarullah Muhammad bin Umar az-Zamakhsyari
(467-538 H) yang menulis buku Al-Fa’iq Fi Ghārīb al-Hadīts.
·
Imam Majduddin Abu as-Sa’dat al-Mubarak bin Muhammad
(ibn Atsir) al-Jazary (544-606 H) yang menulis buku an-Nihāyah fi Ghārīb
al-Hadīts wa al-Atsar.
Cara menafsirkan:
Para
Muhadditsin mengemukakan hal-hal yang dapat digunakan untuk menafsirkan
ke-Gharib-an matan Hadits. Di antara hal-hal yang dipandang baik untuk menafsirkan
ke-Gharib-an Hadits ialah:
1. Hadits yang sanadnya
berlainnan dengan hadits yang bermatan gharib tersebut.
2. Penjelasan dari Sahabat
yang meriwayatkan hadis atau dari sahabat lain yang tidak meriwayatkannya.
3. Penjelasan dari rawi selain
sahabat.
0 Comments