Latar belakang
Pada saat
sekarang ini mulai banyak morang yang mempertanyakan tentang apakah Al-qur'an
yang ada saat sekarang ini adalah Wahyu yang diturunkan oleh Allah kedapa Nabi
Muhammad SAW. Masalah seperti ini mulai muncul dikarenakan banyaknya
pertentangan akan penafsiran Al-qur'an. Untuk itu kami sebagai pemakalah akan
memaparkan beberapa hal yang akan menjelaskan apakah Al-quran yang ada saat
sekarang ini adalah yang asli atau bukan dan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen Sejarah Al-qur'an.
Pembatasan dan
perumusan masalah
Di dalam pembatasan dan
perumusan masalah ini ada beberapa hal yang akan dikemukakan yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan
Al-qur'an?
2.
Apa penyebab dikumpulkannya
Al-quran?
3.
Bagaimana cara pengumpulan
Al-qur'an yang dilakukan?
4.
Apa yang dilakukan untuk
memelihara Al-qur'an?
PENGUMPULAN AL-QUR'AN DAN PEMELIHARAANNYA
Definisi Al-qur'an dan sejarah
pengumpulan Al-qur'an dan pemeliharaannya
Defenisi
Al-qur'an
Al-qur'an
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril yang diturunkan secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun di
Mekkah dan Madinah. Para ulama menyepakai bahwa ayat yang pertama turun adalah
surah Al-'alaq ayat 1-5 yang diturunkan pada saat Nabi sedang bertahanus di gua
hira'.
Pengumpulan Al qur'an dan pemeliharannya
Ketika Rasulullah SAW wafat, Al qur'an
telah ditulis seluruhnya di pelepah korma, tulang-tulang batu tipis, permukan batu besar,
papan-papan, kulit binatang, pelana dan juga dihafal oleh kaum muslimin.
Al qur'an dikumpulkan disebabkan kekhawatiran Umar kalau-kalau maut menyambar
nyawa orang yang hafiz Al qur'an sebagaimana terjadi pada perang Yamamah. Pengumpulan Al qur'an didasarkan pada
ketakutan Umar dan umat islam yang lain akan banyaknya penghafal Al qur'an yang
mati di medan perang dan kekhawatiran akan hilangnya tulisan-tulisan ayat Al
qur'an yang tercerai-berai yang bisa hancur di makan zaman yang contohnya dalah
kulit binatang itu tidak mampu menjaga Al qur'an sebab barang itu mudah
berserakan dan hilang.
Karena kekhawatiran itu Umar menghadap
kepada Abu Bakar yang pada saat itu menjabat sebagai khalifah dan berdiskusi
tentang itu, setelah umar menjelaskan latar belakangnya, Abu bakar mengirim
sebuah surat kepapa zaid bin tsabit seorang penulis wahyu.
Abu bakar berkata kepada zaid, “
engkau adalah seorang pewmuda yang pandai, bukan sembarangan, engkau menulis
wahyu Rasulullah maka sekarang Al qur'an itu hendaklah engkau kumpulkan”.
Zaid bertanya kepada Abu bakar dan umar, “ kenapa kalian berpendapat melakukan
sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?” Abu bakar dan umar
bersikeras mengatakan bahwa hal itu boleh-boleh saja dan malahan akan membawa
kebaikan. Mereka tidak henti-hentinya menenangkan rasa keberatan yang ada pada
diri kami hingga akhirnya Allah menenangkan kami melakukan tugas itu, seperti
Allah menenangkan hati Abu Bakar dan Umar.
Dikarenakan perkataan Abu bakar, zaid teregerak hatinya untuk menghumpulkan
ayat-ayat Al qur'an yang tersebar dan
mulai menulisnya kembali.
Dikarenakan zaid adalah orang ynag
hafal Al qur'an maka apa yangdiperintahkan kepadanya bisa dijalankan dengan
mudah. Ayat-ayat yang diambil zaid adalah ayat yang sama didengarnya antar
sahabat bukan ayat yang berbeda antara satu dengan yang lain kecuali ayat
tersebut disaksikan oleh orang yang terpercaya sehingga sampai kepada sahabat
yang diminta menyebutkan ayat tersebut.
Perang Yamamah yang menjadikan
tergeraknya hati umar untuk mengumpulkan Al-qur'an dan menjadi penggerak hati
utsman untuk melanjutkan perjuangan Abu bakar dan Umar setelah mereka
meniunggal. Ditambah lagi dengan berita dari Huzaifah Al Yamani yang baru
kembali dari perang Armenia dan Azebaijan yang mengatakan bahwa dia khawatir
terhadap apa yang ditemuinya pada saat perang yaitu perbedaan cara membaca
Al-qur'an oleh umat Islam. Katanya kepada khalifa,” bagaiman pendapat tuan dari
hal umat Islam berbeda-beda membaca Al-qur'an?”.
Utsman memerintahkan Huzaifah seperti
Abu bakar memerintahkan zaid. Adanya perbedaan dalam bacaan Al-qur'an
sebenarnya bukan barang baru sebab Umar sudah mengantisipasi bahaya perbedaan
ini sejak pemerintahannya.
Langkah awal Utsman adalah memerintahkan orang untuk mengumpulkan mushaf
Al-qur'an yang telah ditulis kepada hasfah binti umar kemudian hasfah
menyerahkanya kepada Utsman, pada saat proses pengumpulan Al-qur'an, Utsman
pernah berpidato di hadapan halayak ramai bahwa jika masih ada Al-qur'an yang
belum lengkap, hendaklah dicari dan memberikannya kepada Utsman.
Huzaifah Al Yamani mengingatkan
khalifah pada tahun 25 H dan pada tahun itu juga Utsman menyelesaikan masalah
perbedaan yang ada sampai tuntas. Beliau mengumpulkan umat Islam dan menerangkan
masalah perbedaan dalam bacaan Al-qur'an sekaligus meminta pendapat mereka
tentang bacaan dalam beberapa dialek, walaupun beliau sadar bahwa beberapa
orang akan menganggap bahwa dialek tertentu lebih unggul sesuai dengan afiliasi
kesukuan.
Jika Utsman ragu-ragu akan apa yang diselidkinya Utsman merasa gelisah, dia
bertanya kepada orang ramai, katanya kepada orang ramai “ aku pernah mendengar
Rasulullah mendiktekan hal ini kepada tuan, kata Zaid “ya”, “siapa oarang yang
akan menuliskannya?” kata orang yang hadir “ yang menjadi juru tulis Rasulullah
adalah Zaid bin tsabit” kata Utsman “siapa orang Arab” kata orang banyak “Sa'id
bin Ash, lahjah (langgam suaranya sa'id ini serupa benar dengan lahjah
Rasulullah” kata utsman “ cobalah Sa'id menditekan, supaya ditulis oleh Zaid”.
Contoh kehati-hatian Utsman tersebut
ditambah lagi dengan diperintahkannya bahwa jika ada mushaf yang berbeda dengan
mushaf yang telah ditulis di masa Abu bakar dan Umar untuk dimusnahkan.
Mengenai pembakaran mushaf yang dilakukan Utsman, Abu bakar As Sijistaniy
meriwayatkan dengan sanad yang muttasil bahwa 'Aliy berkata “jika Utsman tidak
melakukannya, niscaya saya yang melakukannya”. 'Aliy adalah pemilik mushaf yang
menghilang dari peredaran karena munculnya mushaf Utsman, tetapi hal itu tidak
menjadi perintang baginya untuk menegakkan kebenaran, untuk itulah ia berusaha
keras selama hidupnya dengan menerima kenyataan tersebut begitu juga Ibn mas'ud
dan para sahabat yang lainnya yang mempunyai mushaf tersendiri.
Abu bakar As Sijistaniy meriwayatkan
dengan sanad yang muttasil bahwa mush'ab bin sa'ad berkata sebagai berikut:
saya melihat orang-orang berkumpul ketika utsman membakar sejumlah mas-haf,
mereka sangat heran tetapi tidak ada satu pun yang memprotesnya.
Disini terlihat bahwa apa yang dilakukan oleh utsman adalah suatu yang mulia
dengan menyatukan umat islam kepada satu mushaf, dan sebagai hasil dari kerja
keras dan kesabarannya dalam mengumpulklan Al-qur'an.
Berdasarkan pada periwayatan pertama
utsman memutuskan berupaya untuk sungguh-sungguh untuk melacak suhuf dari
hasfah, mempercepat menyusun penulisan dan memperbanyak naskah. Al-bara'
meriwayatkan bahwa “kemudian Utsman mengirimkan surat kepada hasfah yang
menyatakan tentang permintaannya untuk dikirimkan suhuf agar dapat membuat
naskah yang sempurna dan kemudian suhuf itu dikembalikan lagi kepada hasfah,
kemudian Utsman berbicara kepada orang Arab jika mereka tidak setuju dengan apa
yangh ditilis oleh Zaid mengenai Al-qur'an maka hendaklah mereka menulisnya
dengan bahasa quraish sebagai mana Al-qur'an diturunkan dalam logat mereka.
Selain mengambil suhuf dari hasfah, utsman
juga mengambil suhuf dari 'Aisyah sebagai pembanding, umar bin shabba
meriwayatkan melalui sawwar bin shabib melaporka: saya masuk ke kelompok kecil
untuk bertemu dengan ibn az-Zubair, lalu saya menanyakan kepada Utsman
memusnahkan semua naskah kuno Al-qur'an.....dia menjawab, “pada zaman
pemerintahan Umar ada pembual bicara yang telah mendekati khalifah
memberitahukan kepadanya bahwa orang-orang telah berbeda dalam membaca
Al-qur'an. Umar menyelesaikan masalah ini dengan mengumpulkan semua naskah
Al-qur'an dan menyamakan bacaan mereka, tetapi menderita yang sangat fatal
akibat tikaman maut sebelum beliau dapat melakukan upaya lebih lanjut. Pada zaman
pemerintahan utsman orang yang sama datang untuk mengingatkannya masalah yang
sama dimana utsman memerintahkan untuk membuat mushaf tersendiri. Lalau dia
mengutus saya menemui bekas istri Nabi Muhammad 'Aisyah, agar mengambil kertas
suhuf yang Nabi Muahmmad sendiri telah menditekan keseluruhan Al-qur'an. Mushaf
yang dikumpulkan secara independent kemudian dibandingkan dengan suhuf ini, dan
setelah melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang ada, kemudian ia
menyuruh agar semua salinan naskah Al-qur'an dimusnahkan.
Dari riwayat tersebut kita tahu bahwa
utsman menyiapkan mushaf yang ditulis tersebut berdasarkan secara
keseluruhannya yang sumber-sumber utamanya termasuk tulisan-tulisan sahabat
yang ditambahkan dengan suhuf yang ada pada 'Aisyah untuk kesempurnaan mushaf
yang ditulis tersebut.
Naskah Al-qur'an yang pada waktu itu
dibuat telah dibandingkan dengan suhuf resmi yang sejak semula ada pada hasfah,
seseorang bisa menjadi heran dengan apa ynag dilakukan oleh utsman karena untuk
apa membuat mushaf sendiri yang akkhhirnya dibandingkan juga dengan yang sudah
dikumpulkan pada masa Abu bakar dan umar, karena sejak awal Al-qur'an sudah
benar-benar kukuh dan tidak rapuh karena metodologi yang dipakai sangat tepat
dan akurat.
PENUTUP
Kesimpulan
- Al-qur'an adalah kalam Allah yang
diturunkan ke[ada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril,
yang diturunkan secara berangsur-angsur di tempat yang berbeda-beda, ada
yang diturunkan di Mekkah dan ada juga yang di turunkan di Medinah
- Pengumpulan Al-qur'an didasarkan pada
kekhawatiran umat islam pada masa Abu Bakar menjadi khalifah dikarenakan
banyaknya umat islam yang hafal Al-qur'an mati di medan perang yaitu
perang Yamamah.
- Pengumpulan Al-qur'an pada masa Utsman
bin Affan dikarenakan banyaknya perbedaan bacaan antar umat islam dalam
membaca Al-qur'an yang ditemui oleh huzaifah al yamaniy pada saat perang
di Armenia dan Azebaijan.
- Pengumpulan Al-qur'an pada masa Abu
Bakar adalah dengan cara mengumpulkan semua tulisan Al-qur'an yang
bercerai-berai seperti pada kulit binatang, tulang-tulang, batu dan pada
apa yang bisa ditulis pada masa Nabi masih hidup. Sedangkan pada masa
Utsman, pengumpulan Al-qur'an dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengumpulan yang dilakukan pada masa Abu Bakar dan ditambahkan lagi dengan
membandingkan dengan yang telah ditulis sebelumnya.
- Dalam pemeliharaan Al-qur'an sahabt
mengumpulkannya menjadi satu mushaf dan memperbanyak-nya supaya tidak ada
lagi perbedaan dalam membaca Al-qur'an.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abyadi, Ibrahim. Sejarah Al-qur'an. Jakarta.
Al Ibyariy, Ibrahim. Pengenalan sejarah Al-qur'an.
Jakarta.
Azzami, MM. The history the quranic text.
Jakarta.
Oleh: Muhammad Fahtlur Rahman, Muhammad Hanif, dan Raja Usman Effendi HSB
0 Comments