|
Maurice Bucaille |
A.
Pendahuluan
Perbincangan tentang asal-usul manusia, langit
dan bumi sejak zaman dahulu senantiasa menarik. Begitu banyak hal belum
diketahui manusia tentang asal-usul dirinya sendiri, dan lingkungannya, mungkin
hingga akhir zaman akan tetap menjadi misteri. Misteri, karena apa yang telah
terjadi pada masa lampau saat manusia, langit dan bumi pertama diciptakan tidak ada seorang manusia
pun yang tau, kecuali sang pencipta. Kita mengetahui hal tersebut sejauh yang
diceritakan Tuhan dalam kitab-kitab suci, terutama Injil dan Al-qur’an.
Dalam kedua kitab suci
tersebut, tuhan menceritakan bagaimana manusia pertama diciptakan. Memahami
atau menafsirkan al-Qur’an berdasarkan penemuan sains sesungguhnya problem yang
sangat berbahaya, karena dua hal ini
berbeda dalam prinsipnya. Di satu sisi al-Qur’an merupakan kebenaran
absolut dan abadi, akan tetapi di sisi lain sains pada prinsipnya adalah
kebenaran relatif dan temporal yang mungkin bisa berubah bersamaan dengan
perubahan waktu. Jadi
seandainya terjadi perubahan dalam penemuan sains sekalipun, hal ini harus
dipahami bahwa al-Quran tidaklah keliru, yang keliru adalah pemahaman kaum
muslimin.
Berdasarkan permasalahan
diatas, pemakalah ingin membahas pemikiran salah satu Tokoh Orientalis yang
mencurahkan kemampuannya untuk menafsirkan al-Qur’an melalui pendekatan
pengetahuan Modern (Sains). Makalah ini ingin mengetahui bagaimana Maurice
Bucaille melihat ayat-ayat al-qur’an yang berkaitan dengan penciptaan manusia, siklus
air dan bumi melalui pendekatan sains nya ?
B.
Biografi dan Pendekatan dalam
Menafsirkan
Maurice Bucaille adalah
seorang dokter ahli bedah berkebangsaan Prancis yang mendalami bahasa Arab agar benar-benar mampu memahami teks asli
Al-qur’an sejak di terbitkannya Bible, Sains, dan al-Qur’an ia melihat al-Qur’an melalui kacamata sains
dengan melampirkan bukti penelitiannya sendiri dengan buku best sellernya “ la
Bible Le Coran at La Science ”. tujuan
beliau dalam menafsirkan Al-qur’an, ia ingin membuktikan kebenaran ilmiah
al-quran yang sangat sesuai dengan sains modern. Ia lahir
tanggal 19 juli 1920 M di Pont-L’Eveque dan meninggal di Prancis pada 17
februari 1998 M, ia meninggal pada usia 77 tahun. Ia putera Maurice dan Marie
James Bucaille, pada tahun 1973, ia diangkat sebagai dokter keluarga raja
Faisal dari arab saudi. Pasien lain pada waktu itu termasuk anggota dari
keluarga kemudia Presiden Mesir Anwar sadat. Pada tahun 1974 ia mengunjungi
mesir atas undangan Presiden Anwar sadat danmendapat kesempatan meneliti mumi
Fir’aun yang ada di museum Kairo. Hasil penelitiannya kemudian di terbitkan
dengan judul Mumi Fir’aun; sebuah penelitian medis Modern atau judul aslinya,
Les momies des Pharaons et La medecine. Berkat buku ini, ia menerima
penghargaan Le prix Diane –Potier-Boes ( penghargaan dalam sejarah ) dari
Academie francaise dan Prix general ( penghargaan umum) dari Academie nationale
de medicine.
Maurice
Bucaille melakukan penelitian ini selama 40 tahun, beliau mencurahkan
perhatiannya padabidang biologi molekuler dan genetika serta menelaah dari
kitab-kitab suci agama-agama monoteistik, yaitu yahudi, Nasrani dan Islam.
Berdasarkan itu semua , ia menyimpulkan bahwa sains dan agama dari sebelumnya
saling bertentangan justru mengungkapkan bahwa keduanya benar-benar selaras
dalam hal ini. Hal ini membuktikan bahwa kata per kata al-Qur’an sepenuhnya
merupakan wahyu samawi yang bebas dari kesalahan –kesalahan manusiawi yang bisa
kita temukan pada kitab-kitab suci lainnya yang merupakan hasil penulisan
kembali oleh orang lain.
Tujuan Maurice Bucaille dalam mengkaji
al-qur’an melalui pendekatan sains bukanlah hanya penelitian biasa saja, ia
ingin membuktikan kebenaran ilmiah al-Qur’an yang sangat sesuai dengan sains
modern, berbeda halnya dengan Bibel. Proses penciptaan manusia, perbandingan
antara Sains, al-Qur’an, dan Bibel salah salah satu tujuan lainnya adalah
sebagai cara untuk menanggapi orang-orang yang menganggap pengetahuan ilmiah
mereka sebagai kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka Bagi para ateis
menyebutkan hal-hal yang bersifat supranatural akan tampak sebagai satu
anakronisme, bahkan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan hanya menemui teka-teki,
kode genetis. Gagasan untuk mendekati suatu pertanyaan seperti peristilahan
metafisis tak bisa diterima oleh para Ateis. Adanya pemisahan antara ilmu
pengetahuan dan kepercayaan agama ini sejalan dengan cara-cara penalaran
pemikiran modern. Para separatis berpandangan bahwa orang-orang yang percaya
kepada tuhan yang memilki suatu ketakutan bahwa ilmu pengetahuan akan
melahirkan pertanyaan-pertanyaan tentang agama mereka melalui suatu
perbandingan yang mereka dianggap berbahaya.
C.
Aplikasi Pendekatan Tokoh
atas Ayat/ kasus tertentu.
Manusia telah memikirkan asal-usulnya selama
beribu-ribu tahun, tetapi samapi belakang ini satu-satunya sumber
pengetahuannya adalah pengertian-pengertian yang di peroleh dari ajaran-ajaran
keagamaan dan berbagai sistem filsafat. Baru pada zaman Modern ini bersama
dengan mengalirnya berbagai jenis data iamampu mendekati tentang asal-usulnya
dari sudut yang baru. Kita hidup padasuatu masa yang di dalamnya nalar dan
penakluan oleh ilmu pengetahuan mengklaim telah berhasil memberikan jawaban
terhadap seluruh pertanyaan-pertanyaan besar yang di ajukan oleh Manusia. Salah
satu ilmu pengetahuan sekuler: On The Origin Of Species, karangan Darwin
yang terbit di Inggris pada tahun 1859 telahmeraih sukses besar selama
bertahun-tahun di yakini manusia pada saat itu, itu bukti bahwa akibat yang
ditimbulkan suatu teori yang berkenaan dengan asal-usul manusia, hanya
menyampaikan sebuah dugaan-dugaan, melalui sebuah asimilasi logis, mereka
merasa bebas untuk mendalilkan bahwa manusia adalah keturunan kera. Hal ini
merupakan pengiraan terhadap informasi yang belum di ketahui dengan berpijak
pada informasi yang diketahui, orang-orang seperti ini berupaya untuk
menegaskan bahwa sebagaimana spesies-spesies lain mesti berasal dari spesies
lain yang telah ada sebelumnya, maka manusia pun harus muncul di bumi sabagai
akibat dari suatu evolusi dari suatu garis silsilah yang dekat dengan dunia
binatang.
Pernyataan yang berkenaan
dengan asal-usul Manusia ini, mengakibatkan munculnya suatu guncangan yang luar biasa terhadap
semua orang yang mencoba yang mencoba untuk setia kapada ajaran-ajaran Bible
yang percaya bahwa manusia di ciptakan oleh tuhan. Tambahan gagasan tentang
evolusi spesies bertentangan dengan firman yang terkandung di dalam Bible, yang
jelas menyatakan bahwa spesies-spesies bersifat tetap dan tak berubah. Teori sekuler ini dengan ajaran bible
berbenturan, dampaknya sangatlah besar. Sehingga penganut Bible berpendapat
bahwa Bible yang di anggap sebagai firman tuhannya telah terbukti salah. Kesalahan-keslaahan
saintifik di dalam Bibel adalah kesalahan-kesalahan ummat manusia, karena
dahulu kala manusia masih seperti
seorang anak yang jahil tentang Ilmu Pengetahuan. Akibatnya, teori tersebut akan memperoleh
pembenaran bahwa data saintifik dapat meruntuhkan kepercayaan kepada Tuhan. Sekilas
alasan dini tampak logis tapi hal itu tak lagi masuk akal saat ini, karena
berkenaan dengan teks-teks Bibel, saat ini kita memiliki fakta-fakta tertentu
yang baru ditemukan pada akhir abad ke-sembilan belas. Gagasan akan suatu tek
wahyu yang di harapkan di terima tanpa pertanyaan sama sekali, membuka jalan bagi suatu konsep adanya teks yang di
ilhamkan oleh tuhan yaitu al-Qur’an.
Perbandingan dengan Bibel
Penciptaan Manusia menurut Bibel adalah hanya mengisahkan peristiwa-peristiwa
tertentu pada masa lampau, keterangan yang di muatnya di bumbui dengan satu
atau dua rincian yang sesuai atau bertentangan dengan data yang sekarang telah
di akui kebenarannya.
Penjelasan-penjelasan Bibel mengenai penciptaan Manusia, sejarah agama
anak-cucu adam yang pertama, dan orang-orang yahudi, memberi pengarang bibel
untuk mengmbangkan dua subyek: pertama adalah asal-usul manusia, secara
eksplisit di temukan di dalam perjanjian lama dan yang kedua adalah masa
kemunculan pertama manusia di atas bumi yang di simpulkan dari data angka yang
terdapat di dalam perjanjian lama, yang di berikan alasan-alasan lain dalam
menyuguhkan informasi yang secara langsung dengan subyek itu. Asal-usul manusia
di jelaskan di dalamkitab Genesis dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan
secara keseluruhan. Penciptaan manusia menurut kitab Genesis, sebagaimana di
akui oleh Romo de Vaux, Kitab Genesis, di buka dengan dua penjelasan mengenai
penciptaan. Adanya dua teks ini harus di beri tekanan, sebab hal ini umumnya tidak
di ketahui.
Penafsiran Maurice
Bucaille
Penciptaan Manusia Menurut
al-Qur’an, yang tergambar di dalam QS.al-Insan
ayat 2 :
$¯RÎ) $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB >pxÿôÜR 8l$t±øBr& ÏmÎ=tGö6¯R çm»oYù=yèyfsù $JèÏJy #·ÅÁt/ ÇËÈ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes
mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.
Perbandingan
ilmu Biologi, Reproduksi Manusia
berdasarkan fakta yang telah di akui terdapat dalam suatu rangkaian proses,
yang di mulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia ( pembuluh lembut yang
menghubungkan rahim dengan daerah indung telur dalam sistem reproduksi wanita) suatu sel telur yang telah
memisahkan dirinya dari indungnya di tengah
perjalanan melalui siklus menstrual. Yang melakukan pembuahan tersebut adalah
suatu sel yang berasal dari pria yaitu spermatozoa yang berpuluh-puluh
juta Spermetozoa terkandung dalam satu sentimeter kibik sperma. Meskipun
demikian yang dibutuhkan untuk menjamin terjadinya pembuahan adalah satu
spermatozoa saja atau sedikit cairan
sperma. Cairan benih dan spermatozoa diproduksi oleh buah pelir dan untuk waktu
tertentu di simpan di dalam suatu sistem saluran dan tandon. Ketika terjadi
kontak seksual, spermatozoa itu berpindah dari tempat penyimpanannya ke saluran
kencing dan di tengah jalan cairan tersebut diperkaya keluaran-keluaran getah
meskipun getah itu tidak mengandung unsur-unsur pembuahan. Namun getah ini
memberikan suatu pengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu sperma
untuk sampai ke tempat sel telur wanita di buahi. Dengan demikian cairan sperma
itu merupakan suatu campuran, ia mengandung campuran benih dan berbagai
keluaran getah tambahan. Begitu sel telur di buahi, ia turun ke rahim melalaui
tabung Falopia, bahkan pada saat ia turun itulah, ia mulai terpecah. Kemudian
menanamkan dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan atau kekentalan lendir
dan otot-otot begitu tembuni terbentuk. Setelah embrio tampak oleh mata
telanjang, ia terlihat suatu kelemit daging yang tidak memilki bagian-bagian
yang bisa di bedakan. Di sana ia berkembang secara bertahap hingga mencapai
satu bentuk manusia, selama taha-tahap ini bagian-bagian tertentu seperti
kepala agak lebih besar volumenya di banding bagian-bagian tubuh lainnya. Hal
ini akhirnya menyusut, sedangkan struktur penopang hidup dasar membentuk
kerangka yang di kelilingi otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut bagian
dalam tubuh dan sebagainya.
Istilah
“cairan-cairan yang bercampur”
berkaitan dengan kata Arab “Amsyaj” para pengulas terdahulu mengartikan
kata ini sebagai suatu cairan laki-laki dan wanita, seakan-akan wanita juga
menghasilkan cairan-cairan yang berperan dalam reproduksi. Penafsiran seperti
ini tidak lain hanyalah cerminan dari gagasan-gagasan yang populer pada saat
al-Qur’an di wahyukan kepada Manusia, suatu periode yang di dalamnya secara
amat alami orang belum tau tentang fisiologi dan embriologi wanita. Hal ini
menjelaskan kenapa para penafsir terdahulu percaya bahwa cairan yang bersumber
dari wanita berperan dalam proses pembuahan. Hal ini menyebabkan para penafsir
saat ini menafsirkan hal yang sama tanpa ada keraguan, diantara tentang
gejala-gejala Alam. Oleh kerena itu kita mesti menegaskan fakta bahwa sel telur
wanita tidak mengandung cairan sperma dan keluaran getah yang benar-benar
terjadi di dalam Vagina dan lendir Rahim sepenuhnya tidak ada hubungannya
dengan pembentukan suatu manusia baru sejauh menyangkut zat aktual mereka.
Cairan-cairan yang bercampur yang di rujuk oleh al-Qur’an hanya khas bagi cairan sperma yang kompleksitasnya
dengan demikian terpaparkan. Seperti kita ketahui, cairan ini terdiri atas
keluaran-keluaran getah dari kelenjar-kelanjar berikut ini: buah pelir, buah
pelir benih (mani), prostat ( sebuah kelenjer pada hewan menyusi yang terdiri
atas jaringan otot dan kelenjar yang mengelilingi saluran kencing pada kandung
kemih) dan kelenjar-kelenjar yang melekat padasaluran kencing.
Ide tentang kesesuaian
al-qur’an dan sains modern dibuktikan oleh Maurice Bucaille melalui lampiran
hasil penelitiannya berhubungan dengan ayat yang dibahas. Seperti penelitiannya
tentang unsur-unsur sperma itu bermacam-macam yang berasal dari
kelenjer-kelenjer seperti berikut :
a.
Testicule, pengeluaran
kelenjer kelamin laki-laki yang mengandung spermatozoide yakni sel
panjang yang berekor dan berenang dalamcairan serolite.
b.
Kantong-kantong benih (vesicules seminates)
adalah organ yang merupakan tempat menyimpan spermatozoide yang
bertempat dekat prostrate. Organ ini juga mengeluarkan cairan tersebut
tidak dapat membuahi.
c.
Prostrate,
mengleaurkan cairan yang memberi sifat krem serta bau khusus kepada sperma.
d.
Kelenjer yang tertempel
kepada jalan air kencing. Kelenjer cooper atau mery mengeluarkan
cairan yang nmelekat dan kelenjer lettre mengeluarkan semacam lendir.
Masalah siklus air, yang
menybutkan bahwa tuhan dapat mengubah air tawar menjadi asin adalah suatu cara
untuk menunjukkan kekuasaan tuhan. Suatu cara untuk mengingatkan akan kekuasaan
tuhan adalah tantangan kepada manusia untuk menurunkan hujan dari awan,
sebagaimana pada QS.al-Waqi’ah 56 ayat 68-70.
ÞOçF÷uätsùr& uä!$yJø9$# Ï%©!$# tbqç/uô³n@ ÇÏÑÈ öNçFRr&uä çnqßJçFø9tRr& z`ÏB Èb÷ßJø9$# ÷Pr& ß`øtwU tbqä9Í\ßJø9$# ÇÏÒÈ öqs9 âä!$t±nS çm»uZù=yèy_ %[`%y`é& wöqn=sù crãä3ô±n@ ÇÐÉÈ
Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang
kamu minum.
kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang
menurunkannya?
kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan Dia
asin, Maka Mengapakah kamu tidak bersyukur?
Pertanyaan
pertama di dalam ayat merupakan pertanyaan yang memang betul-betul tantangan
yang mustahil diterima, tetapi yang kedua tidak lagi merupakan kemustahilan
pada zaman modern ini karena teknik telah sudah memungkinkan usaha menjatuhkan
hujan.
M.A
Facy, Pakar dari lembaga Meteorologi Prancis menulis artiket dengan judul
“Precipitations dalam Encyclopedia Unicersalis ,bahwa “ orang tidak
akan dapat menjatuhkan hujan dari awan yang tidak mengandung air, atau awan
yang belum waktunya menjatuhkan hujan dari awan yang tidak mengandung air, atau
awan yang belum waktunya menjatuhkan air walaupun ia mengandung air.”
Jadi
manusia hanya mempercepat proses turunya
hujan dengan proses turunnya hujan
dengan bantuan teknik modern, sedangkan persyaratan-persyaratan alamiah sudah terpenuhi. Kalau keadaan tidak
begitu, yakni bahwa manusia dapat menurunkan hujan niscaya tak ada lagi
kekeringan, tanah tandus. Kenyataannya tidak begitu, untuk menguasai huajan dan
udara yang baik tetap menjadi impian manusia. Manusia tak dapat memecahkan
menurut kemaunnya sendiri suatu siklus yang sudah tetap dan menjamin peredaran
sirkulasi air dalam alam.
Menurut
Hidrologi modern siklus itu dapat diringkaskan sebagai
berikut :“ sinar dan panas matahari menyebabkan uapan laut-laut dan tanah-tanah
yang digenangi atau tercampur dengan air. Uap tersebut naik ke atmosfir dan
membentuk awan-awan dengan cara kondensasi. Kemudian angin campur tangan untuk
memindahkan uap-uap itu ke jarak-jarak yang berbeda-beda. Awan-awan itu
kadang-kadang hilang tanpa menurunkan hujan, kadang-kadang berkumpul satu
dengan yang lain untuk membentuk kondensi yang lebih besar dan kadang-kadang
berpecah-pecah untuk menurunkan hujan pada tahap tertentu dari perkembangan
awan. Jika hujan turun diatas permukaan laut yang merupakan 70 % dari wajah
bumi siklus tersebut lebih cepat menjadi tertutup. Tetapi jika hujan itu jatuh
diatas tanah, sebagian akan disedot oleh tumbuh-tumbuhan itu dengan
transpirasinya mengembalikan sebagian air hujan ke atmosfir. Sebagian lain dari
air hujan meresap kedalam tanah, dan dari tanah itu sebagian menuju ke laur
dengan perantaraan saluran-saluran atau terus masuk lebih dalam ke dalam tanah
untuk kembali ke muka bumi melalui sumber-sember mata air. Jika kita bandingkan
hasil hidrologi modern ini dengan kandungan ayat diatas kita merasakan adanya
persesuaian yang jelas diantara keduanya.
Penciptaan
Bumi pembentukan kosmos dan kesudahannya dengan penyusunan alam,
seperti yang disebutkan di dalam QS. al-Anbiya; 21:30
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?
Maurice
Bucaille memberi kesimpulan tentang ayat di atas, sebagai berikut :
Menyebutkan proses
pemisahan ( fatq) dari satu kumpulan primair yang unik yang pada mulanya
terdiri dari unsur-unsur terpadu (ratq) artinya memisahkan perpaduan beberapa
unsur untuk dijadikan suatu kumpulan homogen. Pemisahan
ini ki kenal dengan model ledakan besar (Big-Bang), ledakan ini digambarkan
dengan sangat dahsyat, maka butir-butir alam semesta itu masih terus saja
bergerak keluar sekalipun antar materi itu bekerja gaya gravitasi. Pada
dasarnya bahwa alam semesta ini berkembang, karena kekosongan akibat pross
pengembangan mteri alam semesta, maka dengan terus terjadinya penciptaan materi
yang dibarengi ledakan, maka ruang kosong itu akan terisi dengan materi baru.
Bucaille memberi kesimpulan
pada akhir penafsirannya tentang reproduksi, siklus air dan pnciptaan bumi, bahwasanya
semua pernyataan-pernyataan al-qur’an harus dibandingkan dengan hasil-hasil
sains modern agar persesuaian diantara keduanya sangat jelas. Seseorang tidak
dapat menafsirkan al-qur’an seperti yang dilakukannya sebelum hasil sains
modern memberikan bukti-bukti penelitian.
D.
Analisis Perbandingan dengan
Tafsir at-Thabari
QS. al-Insan ayat 2
$¯RÎ) $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB >pxÿôÜR 8l$t±øBr& ÏmÎ=tGö6¯R çm»oYù=yèyfsù $JèÏJy #·ÅÁt/ ÇËÈ
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami
hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia
mendengar dan melihat.
Maksud
ayat ini adalah sesungguhnya kami menciptakan anak cucu Adam dari setetes air
mani, yaitu dari air laki-laki dan perempuan. An-Nuthfah secara bahasa yaitu
setiap air sedikit yag berada didalam bejana. Para tawil bereda pendapat
tentang makna ayat “ amsyaj” yang bercampur didalam ayat ini. Sebagian berkata:
ia merupakan percampuran dari air mani laki-laki dan air mani perempuan. Namun,
pakar takwil lainnya berkata: maksudnya adalah kami menciptakan manusia dari
air mani laki-laki yang berpindah kedalam rahim
perempuan, kemudian menjadi zigot, kemudian menjadi segumpal darah, lalu
menjadi segumpal daging, kemudian menjadi tulang, lalu tulan tersebut dibungkus
dengan daging.
Sedangkan,
pendapat yang paling mendekati kebenaran dari pendapat-pendapat yang telah
disebutkan adalah pendapat yag mengatakan bahwa makna :” Dari setetes mani yang
bercampur” adalah sperma laki-laki dan seperma perempuan, karena Allah swt
menyifati Nuthfah dengan bercampurnya sperma laki-laki dan perempuan, yaitu
apabila sperma laki-laki berpindah kedalam rahim perempuan, lalu menjadi
segumpal darah. Sedangkan orang yang berpendapat bahwa sperma laki-laki putih
dan merah, maka sebagaimana diketahui bahwa sperma laki-laki berwarna putih
agak mendekati merah, dan hanya terdiri dari satu warna. Jadi, apabila terdiri
dari satu warna berart bukan warna-warna yang bercampur. Adapun makna “ kami
menciptakan dan menjadikannya mendengar serta melihat” adalah kami menjadikannya memilki pendengaran
yang dengannya dia mendengar serta penglihatan yang dengannya dia melihat,
sebagai nikmat dari Allah swt kepada hamba-hambanya, dan sebagai belas kasih
kepada mereka.
Pada
QS.al-Waqi’ah 56 ayat 68-70.
ÞOçF÷uätsùr& uä!$yJø9$# Ï%©!$# tbqç/uô³n@ ÇÏÑÈ öNçFRr&uä çnqßJçFø9tRr& z`ÏB Èb÷ßJø9$# ÷Pr& ß`øtwU tbqä9Í\ßJø9$# ÇÏÒÈ öqs9 âä!$t±nS çm»uZù=yèy_ %[`%y`é& wöqn=sù crãä3ô±n@ ÇÐÉÈ
Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang
kamu minum.
kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang
menurunkannya?
kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan Dia asin,
Maka Mengapakah kamu tidak bersyukur?
Abu
Ja’far berkata : Pada ayat ini Allah berfirman : Wahai sekalian manusia,
tidakkah kalian memperhatikan air yang kamu minum, apakah kalian sendiri
menurunkannya dari awan-awan dan menyimpannya di wadah-wadah yang ada di bumi?
Ataukah Kami yang melakukannya?
Makna
Kami sampaikan untuk kata b÷ßJø9$# (dengan makna awan) juga
disampaikan oleh para ulama tafsir lainnya. Mereka yang memaknainya demikian
memperkuatnya dengan menyebutkan riwayat-riwayat, diantaranya adalah :
Ø
Muhammad bin Amr menceritakan
kepada kami, ia berkata : Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Harits
menceritakan kepadaku, ia berkata : Warqa menceritakan kepada kami sekalian
dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid ia mengatakan bahwa makna firman Allah Èb÷ßJø9$# z`ÏB "dari
awan." Adalah, “dari awan”.
Ø
Bisyr menceritakan kepada
kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami, ia berkata/; Said
menceritakan kepada kami dari Qutadah, ia mengatakan bahwa makna kata Èb÷ßJø9$# z`ÏB pada
firman Allah “a’antum anzaltumuuhu minal muzni” “Kamukah yang menurunkannya
dari awan” adalah, dari langit.
Ø
Yunus menceritakan kepada
kami, ia berkata Ibnu Wahab memberitahukan kepada kami, ia berkata : Ketika
Ibnu Zaid menafsirkan firman Allah “a’antum
anzaltumuuhu minal muzni” (Kamukah yang menurunkannya dari awan) ,
ia berkata, “Al-Muzni merupakan nama lain dari as-sihaab, dan
kata “a’antum anzaltumuuhu minal
muzni” yang menurunkannya dari awan, adalah, dari awan.
Ø
Muhammad bin Sa’d
menceritakan kepadaku, ia berkata : ayahku menceritakan kepadaku, ia berkata :
pamanku menceritakan kepadaku, ia berkata : ayahku menyampaikan sebuah riwayat
kepadaku dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah, “a’antum
anzaltumuuhu minal muzni” “Kamukah yang menurunkannya dari awan” ia
berkata, al-muzni adalah langit
dari awan.
Takwil firman Allah %[`%y`é& m»uZù=yèy_ ä!$t±nS qs9 (Kalau Kami kehendaki niscaya
Kami jadikan dia asin)
Abu Ja’far berkata: Makna
ayat ini adalah, kalau Allah menghendaki, maka air yang diturunkan dari langit
dan air yang berada di bumi akan dijadikan seperti garam yang rasanya asin.
Kata al-ujaaj jika
dikaitkan dengan air maka artinya air tersebut rasanya sangat-sangat asin. Pada
ayat ini Allah SWT memberitahukan bahwa kalau saja Dia menghendaki semua air
yang diberikan kepada manusia rasanya asin, maka mereka tidak akan dapat
mengambil manfaat dari air tersebut, tidak dapat untuk minum dan tidak bisa
untuk bercocok tanam.
Takwil firman Allah : crãä3ô±n@ wöqn=sù (Maka mengapakah kamu tidak bersyukur?)
Abu Ja’far berkata : makna
ayat ini adalah, mengapa kalian masih saja tidak mau bersyukur kepada Tuhanmu,
padahal Dia tidak menjadikan semua air menjadi asin, akan tetapi sebagiannya
adalah air yang mengalir, yang dapat digunakan untuk minum dan dimanfaatkan
pada segi kehidupan lainnya.
QS.
al-Anbiya; 21:30
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?
Abu
Ja’far berkata, maksud ayat diatas tentang firman Allah swt: Apakah orang-orang
yang kafir kepada Allah tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dulunya adalah
sesuatu yang padu, tidak ada lubang diantara keduanya, akan tetapi saling
menempel, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Para ulama berbeda pendapat
tentang maksud dari berpadunya langit dan bumi dan proses pemisahan antara
keduanya, dengan apa keduanya dipisahkan? Sebagian besar berpendapat bahwa
dahulu langit dan bumi saling menempel, lalu Allah swt memisahkan keduanya
dengan udara. Namun para ulama lainnya
berpendapat bahwa maksud ayat diatas adalah dahulu langit adalah padu dalam
satu lapis, lalu Allah memisahkannya menjadi tujuh lapis langit. Demikisn jugsa
bumi, dahulunya adalah padu dalam satu lapis, lalu Allah swt memisahkanya
menjadi tujuh lapis bumi. Sebagian ulama lain berpendapat bahwa maksudnya
adalah, dahulu langit bersatu padu tidak menurunkan hujan. Bumi juga demikian,
bersatu padu tidak menumbuhkan tumbuhkan. Allah swt lalu memisahkan langit,
sehingga dapat menurunkan hujan dan memisahkan bumi sehingga dapat menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan. Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa alasan Allah swt mengatakan
“ kemudian kami pisahkan antara keduanya” adalah karena dahulu malam ada
sebelum siang, lalu dia memisahkan siang.
Sedangkan
pendapat Abu Ja’far adalah : beliau berpendapat yang paling tepat adalah yang
mengatakan bahwa maknanya adalah tidakkah orang-orang kafir memperhatikan bahwa
sesungguhnya langit dan bumi dahulunya bersatu padu dari hujan dan tumbuhan,
lalu kami pisahkan langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuh-tumbuhan. Menurut
beliau, tentang “ Dan dari air kami jadikan sesuatu yang hidup.” Maka
mengapakah mereka tiada beriman? Maksudnya adalah kami hidupkan dengan air yang
kami turunkan dari langit segala sesuatu.
E.
Penutup.
Dari penjelasan diatas, kami sebagai penulis
berusaha untuk utuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah pada pendahuluan,
bahwa Maurice Bucaille melalui pendekatan sainsnya menafsirkan tentang
ayat-ayat yang berhubungan dengan penciptaan manusia, langit, bumu sebagai
berikut : Maurice bucaille mengelompokkan proses reproduksi kepada 4 bagian :
yaitu pembuahan (fertilization) terjadi karena kadar yang sangat sedikit
daripada cair, watak dan zat cair yang membuahi, menetapnya telur yang sudah
dibuahi, dan perkembangan embrio. Sedangkan tentang siklus air yang telah
dijelaskan Siklus Hidrologi modern dan penciptaan bumi dengan penjelasan
Bigbeng, merupakan peroses yang sangat sesuai dengan fakta penemuan modern.
Namun, kebenara ini hanyalah kebenaran relatif, dengan berkembang ilmu
pengetahuan akan mengalami perubahan penemuan.
F.
Daftar Pustaka
Bucaille,Maurice, La Bible
Le Coran Et La Science Bibel, Qur’an, Sains Modern, Jakarta: Bulan Bintang,
2001.
Mulyono, Agus Fisika
& Al-qur’an, Malang:UIN Malang Press, 2006.
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir
Ath-Thabari jilid 18, Jakarta, Pustaka Azzam, 2009.
0 Comments