Pengertian Wahyu
Kata
wahyu berasal dari bahasa Arab yaitu الوحي yang berarti suara, api, dan kecepatan. Wahyu menurut kamus al-Mufrodat
Fi Ghoro’ibil-Qur’an makna aslinya adalah al-isyaratu al-syari’ah yang
memiliki arti isyarat yang cepat yang disampaikan ke dalam hati.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
wahyu diartikan sebagai petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para
nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya. Dalam kedudukannya sebagai
petunjuk, wahyu juga dapat diartikan sebagai pemberitahuan (informasi) dari
Allah yang diberikan kepada orang-orang pilihannya untuk disampaikan kepada
manusia agar dijadikan sebagai pegangan hidup. Wahyu mengandung ajaran,
petunjuk dan pedoman yang berguna bagi manusia untuk perjalanan hidupnya di
dunia dan akhirat.
Secara
konseptual, istilah wahyu menunjukkan kepada nama-nama yang
lebih populer seperti Al-Kitab, Al-Qur’an, Risalah, dan Balagh.
Dalam terminologi Islam, wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu dinamakan
Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab dan Firman Tuhan yang disampaikan kepada Nabi
SAW. dengan demikian wahyu menurut konsepsi Al-Qur’an, merupakan parole tuhan,
wahyu sama dengan firman Tuhan (kalam Allah).
Sebagaimana
firman Allah, dalam surat At-Taubah ayat 6:
Artinya: “Dan
jika seseorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah (kalam Allah).”
(Q.S. At-Taubah:6)
Karakteristik
Wahyu
1. Wahyu
baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari Tuhan, Pribadi Nabi Muhammad
yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam
turunnya wahyu.
2.
Wahyu merupakan perintah yang berlaku umum
atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu
disampaikan dalam bentuk umum atau khusus.
3.
Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa
arab dengan gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku.
4.
Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang
bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal.
5.
Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang
lengkap, tidak terpisah-pisah.
6.
Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori
perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan.
7. Sesungguhnya
wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam
rentang waktu yang cukup panjang.
Pengertian Akal
Kata “akal” secara etimologis
berasal dari bahasa Arab, yaitu al-‘aql ( العقل )adalah bentuk mashdar
dari kata عقلا
–يعقل
- عقل
yang bermakna fahima wa tadabbaro (paham dan memikirkan atau menimbang).
Maka al-‘aql ( العقل ) sebagai mashdar memiliki makna kemampuan memahami dan
memikirkan sesuatu. Sesuatu tersebut adalah ungkapan, fenomena, dan lain-lain
yang bisa dijangkau oleh panca indra.
Kata akal dapat
juga ditemui penggunaannya dalam al-Qur’an sebanyak 49 kali, meski hanya dalam
bentuk kata kerja ( فعل ). Dalam hal ini, kata 1 عقلوه kali, kata 24 تعقلون kali, kata 1 نعقل kali, kata 1 يعقلها kali, sedangkan kata يعقلون sebanyak 22 kali. Dari kata-kata tersebut mempunyai dua arti
pokok, yaitu berarti paham dan mengerti.
Sedangkan pembahasan tentang akal, sampai sekarang
masih berkelanjutan. Didalam bahasa arab, akal diartikan kecerdasan, lawan kebodohan,dan
diartikan pula dengan hati (qalb), suatu kekuatan yang
membedakan manusia dari semua jenis hewan.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu
atau kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya. Dalam penelitian ini,
yang dimaksud dengan akal adalah gabungan dari dua pengertian di atas, yang
disampaikan oleh ibn Taimiyah dan menurut kamus, yakni daya pikir untuk
memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang
didapat oleh akal bisa salah atau bisa benar.
Ibn
Rusyd, sebagaimana dikutip oleh Abdul Salim Mukrim, membagi akal menjadi tiga
macam, Pertama, akal demonstratif (burhani) yang mampu memahami
dalil-dalil yang meyakinkan dan tepat, menghasilkan hal-hal yang jelas dan
penting, dan melahirkan filsafat. Akal ini hanya diberikan kepada sedikit orang
saja. Kedua, akal logika (manthiqi) yang sekedar memahami fakta-fakta
argumentatif. Ketiga, akal retorik (khithabi) yang hanya mampu menangkap hal-hal yang bersifat nasihat dan retorik, tidak
dipersiapkan untuk memahami aturan berfikir sistematika.
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diciptakan
Allah mempunyai banyak sekali kelebihan jika dibandingkan dengan mahkluk-mahkluk
ciptaan Allah yang lainnya.
Bukti otentik dari kebenaran bahwa manusia merupakan
makhluk yang paling sempurna di antara mahkluk yang lain adalah ayat al-Quran
surat At-Tin ayat 4 sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya”. (QS At-Tin [95]: 4).
Satu hal yang membuat manusia lebih baik dari
mahkluk yang lain yaitu manusia mampu berpikir dengan akalnya, karena
manusia dianugerahi oleh Allah dengan akal sehingga dengannya manusia mampu
memilih, nmempertimbangkan, menentukan jalan pikirannya sendiri. Agama Islam
sangat menjunjung tinggi kedudukan akal. Dengan akal manusia mampu memahami
al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan lewat Nabi Muhammad, dengannya juga
manusia mampu menelaah kembali sejarah Islam dari masa lampau.
1. Akal
menurut pendapat Muhammad Abduh adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia
dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahkluk lain.
2.
Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang
mendasar terhadap kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah
satu dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa.
3.
Akal adalah jalan untuk memperoleh iman
sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal. Iman harus berdasar
pada keyakinan, bukan pada pendapat, dan akalah yang menjadi sumber keyakinan
pada Tuhan.
Kekuatan akal dan Kekuatan wahyu
· Kekuatan
Akal
1.
Mengetahui Tuhan dan sifat-sifatnya.
2.
Mengetahui adanya kehidupan akhirat.
3.
Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat
bergantung pada mengenal Tuhan dan berbuat baik, sedang kesengsaraan tergantung
pada tidak mengenal Tuhan dan pada perbuatan jahat.
4.
Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan.
5.
Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan
wajibnya ia menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6.
Membuat hukum-hukum mengenai
kewajiban-kewajiban itu.
1.
Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat
yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2.
Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
3.
Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati
tentang adanya alam ghaib.
4.
Wahyu turun melalui para ucapan Nabi-nabi.
Kelompok 1 – XII Agama 1
MAN 1 INHIL 2018
0 Comments