Contoh Proposal Mini: Skripsi Pemikiran Mohammed Arkoun Terhadap Pembacaan Al-Qur’an

Contoh Proposal Mini Skripsi Pemikiran Mohammed Arkoun Terhadap Pembacaan Al-Qur’an

Mohammad Arkoun



STUDI KRITIK PEMIKIRAN MOHAMMED ARKOUN TERHADAP PEMBACAAN
AL-QUR’AN

Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sebuah fenomena menarik sepanjang sejarah agama. Dia bukan hanya menjadi objek perhatian manusia yang percaya padanya, tetapi juga mereka yang tertarik untuk menelitinya sebagai salah satu karya sejarah. Al-Qur’an berperan sangat besar dalam membebaskan manusia dari sejarah yang kelabu. Al-Qur’an mampu mengantarkan manusia kepada alam yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan.
Mohammed Arkoun menyatakan Al-Qur’an telah mengalami perubahan. Arkoun menyatakan wahyu hanya dapat diketahui oleh manusia melalui edisi dunia. Tentu yang sudah mengalami modifikasi, revisi, dan substitusi. Al-Qur’an yang ditulis diidentifikasi dengan wacana Tuhan atau Al-Qur’an sebagaimana dibaca, yang dia sendiri merupakan emanasi langsung Umm al-Kitab.[1]
Arkoun menyatakan dekonstruksi Al-Qur’an adalah sebuah ijtihad. Dengan dekonstruksi akan memperkaya sejarah pemikiran dan akan mendinamisir pemikiran Islam kontemporer. Masalah-masalah yang selama ini telah ditekan, ditabukan, dibatasi, dilarang, dan semua itu diklaim sebagai kebenaran, jika didekonstruksi, maka semua diskursus tadi akan menjadi diskursus terbuka[2].
Arkoun membagi wahyu dalam dua peringkat. Pertama adalah yang disebut dengan Al-Qur’an sebagai Umm al-Kitab (Induk Kitab). Kedua adalah berbagai kitab termasuk Bibel, Gospel, dan Al-Qur’an. Pada peringkat pertama disebut juga kitab langit, yaitu wahyu yang sempurna. Pada peringkat pertama inilah wahyu bersifat abadi, tidak terikat dengan waktu. Kebenaran ini di luar dari kemampuan manusia, karena wahyu tersebut diamankan dalam Lawh Mahfuz dan tetap berada bersama dengan Tuhan sendiri.
Metode yang hendak diteraplan Arkoun kepada Al-Qur’an terdiri dari dua kerangka besar, pertama mengangkat makna dari apa yang dapat disebut dengan sacra doctrina dalam Islam dengan menundukkan teks al-Qur’an dan semua teks yang sepanjang sejarah pemikiran Islam telah berusaha menjelaskannya (tafsir dan semua literatur yang ada kaitannya dengan Al-Qur’an baik langsung maupun tidak), kepada suatu ujian kritis yang tepat untuk menghilangkan kerancuan-kerancuan, untuk memperlihatkan dengan jelas kesalahan-kesalahan, penyimpangan-penyimpangan dan ketakcukupan-ketakcukupan, dan untuk mengarah kepada pelajaran-pelajaran yang selalu berlaku.
Kedua menetapkan suatu kriteriologi yang di dalamnya akan dianalisis motif-motif yang dapat dikemukakan oleh kecerdasan masa kini, baik untuk yang menolak maupun untuk mempertahankan konsepsi-konsepsi yang dipelajari.
Dalam mengangkat makna dari Al-Qur’an, hal yang paling pertama dijauhi oleh Arkoun adalah pretensi untuk menetapkan “makna sebenarnya dari Al-Qur’an. Sebab, Arkoun tidak ingin membakukan makna Al-Qur’an dengan cara tertentu, kecuali menghadirkan—sebisa mungkin—aneka ragam maknanya. Untuk itu, pembacaan mencakup tiga saat (moment)[3]:
1.             Suatu saat linguistis yang memungkinkan kita untuk menemukan keteraturan dasar di bawah keteraturan yang tampak.
2.             Suatu saat antropologi, mengenali dalam Al-Qur’an bahasanya yang bersusunan mitis.
3.             Suatu saat historis yang di dalamnya akan akan ditetapkan jangkauan dan batas-batas tafsir logiko-leksikografis dan tafsir-tafsir imajinatif yang sampai hari ini dicoba oleh kaum muslim.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut dengan judul “STUDI KRITIK PEMIKIRAN MOHAMMED ARKOUN TERHADAP PEMBACAAN AL-QUR’AN.”

Rumusan Masalah
Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka penulis membatasi permasalahan pada “Pembacaan Al-Qur’an Surat Al-Kahf.” Dan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana cara pembacaan Al-Qur’an Surat Al-Kahf menurut Mohammed Arkoun?

Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian dengan teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan sumber kepustakaan yang meliputi dengan masalah yang akan dibahas. Mengumpulkan data dari sumber primer dan sumber sekunder yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Untuk itu, pertama penulis akan mencari masalah-masalah yang berkaitan tentang dekonstruksi Al-Qur’an dengan merujuk kepada tulisan Arkoun, serta merujuk kepada sumber sekunder yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

Daftar Pustaka Sementara
Arkoun, Mohammed, Rethinking Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Arkoun, Mohammed, Berbagai Pembacaan Al-Qur’an. Jakarta: INIS, 1997.
Armas, Adnin, Metodologi Bibel Dalam Studi al-Quran. Jakarta: Gema Insani, 2005.
Shahur, Muhammad. Prinsip dan Dasar Hermeneutika al-Qur’an Kontemporer. Yogyakarta: eLSAQ Press. 2004.




[1] Mohammed Arkoun, Rethinking Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 56.
[2] Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam studi al-Quran (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 65.
[3] Mohammed Arkoun, Berbagai Pembacaan Al-Qur’an (Jakarta: INIS, 1997), h. 51.

Post a Comment

0 Comments