Sekilas Tentang Gharibul Hadis

Sekilas Tentang Gharibul Hadis

‘Ilm Ghārīb al-Hadīts ini menjelaskan kata-kata hadis nabi yang kurang jelas maknanya. Ulama memberikan perhatian besar terhadap ilmu ini, karena banyak memberikan manfaat berupa pengenalan lebih jauh dan pemahaman kata-kata yang sulit. Dalam contoh yang disebutkan dalam tulisan ini, penulis tidak mengetahui maksud dari hadis tersebut.

Kata Kunci: ‘Ilm Ghārīb al-Hadīts, ‘Ilm Matan al-Hadīts

Pengertian:
‘Ilm Ghārīb al-Hadīts adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadz-lafadz dalam matan hadits yang sulit dan sukar dipahami karena jarang sekali digunakannya. Ilmu ini membahas dan menjelaskan tentang hadis Rasulullah SAW.yang sukar diketahui dan dipahami orang banyak karena telah berbaur dengan bahasalisan atau bahasa arab pasar[1]

Sejarah dan Urgensi ‘Ilm Ghārīb al-Hadīts:
          Pada awalnya hadis Rasulullah SAW tidak merupakan sesuatu ghārīb bagi bangsa Arab. Karena Rasulullah SAW adalah orang yang fasih berbicara, tegas, tuntas mengemukakan pikiran, jelas argumennya, paling efektif redaksinya dan mengenal situasi pembicaraan.
          Namun ketika Rasulullah SAW wafat, banyak orang-orang memeluk agama Islam dan mempelajari bahasa Arab. Di sini sangat wajar bila mereka banyak menemui kata-kata yang ghārīb dalam hadis Raslullah SAW (termasuk penulis). Selanjutnya, muncul pula generasi-generasi baru yang membutuhkan pengetahuan tentang kata-kata ghārīb dalam hadis Rasulullah SAW ini.
          Kemudian ulama berusaha menjelaskan. Imam Abdurrahman bin Mahdiy mengatakan: “Seandainya aku menghadapi persoalan seperti yang telah aku lewatkan, maka sungguh aku menuliskan setiap tafsir atau menjelaskan.”[2]

Ulama yang berperan dan Kitab-kitab Ghārīb al-Hadīts[3]:
·           Abu Hasan an-Nadhir ubn Syamil al-Mazaniy (wafat 203 H). Dia adalah salah seorang guru dari Ishaq bin Rahuya dan guru dari imam al-Bukhārī.
·           Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (157-224 H) yang menulis buku Ghārīb al-Hadīts.
·           Abu al-Qasim Jarullah Muhammad bin Umar az-Zamakhsyari (467-538 H) yang menulis buku Al-Fa’iq Fi Ghārīb al-Hadīts.
·           Imam Majduddin Abu as-Sa’dat al-Mubarak bin Muhammad (ibn Atsir) al-Jazary (544-606 H) yang menulis buku an-Nihāyah fi Ghārīb al-Hadīts wa al-Atsar.

Cara menafsirkan:
Para Muhadditsin mengemukakan hal-hal yang dapat digunakan untuk menafsirkan ke-Gharib-an matan Hadits. Di antara hal-hal yang dipandang baik untuk menafsirkan ke-Gharib-an Hadits ialah:
1.     Hadits yang sanadnya berlainnan dengan hadits yang bermatan gharib tersebut.
2. Penjelasan dari Sahabat yang meriwayatkan hadis atau dari sahabat lain yang tidak meriwayatkannya.
3.     Penjelasan dari rawi selain sahabat.



[1] Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu Ilmu Hadist, Terj (Jakarta: Pustaka Firdaus,1995) , h. 115.
[2] Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadts (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007),  h. 252.
[3] Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadits. h. 253.

Post a Comment

0 Comments